Ternak kerbau yang hidup di Asia terdapat dua sub spesies yang terdapat di Nepal dengan ketinggian 2.800 m dari permukaan laut dan kerbau rawa yang hidup didataran rendah yang lebih dikenal dengan kerbau sungai yang dipelihara sampai berumur 15-20 tahun, dengan tujuan dari pemeliaraan ternak kerbau tersebut adalah sebagai penghasil tenaga kerja, untuk penarik beban baik didarat maupun untuk pengolah sawah. Sedangkan tujuan yang kedua adalah setelah induk kerbau tua dan tidak produktif lagi biasanya dipotong untuk tujuan konsumsi, biasanya setelah ternak kerbau beranak lebih dari 10 kali.Namun kerbau jantan banyak dijual pada umur yang masih relatif muda untuk dipotong. Rata-rata pemilikan sebanyak 2-3 ekor induk kerbau per KK, walaupun ada juga petani yang memiliki lebih dari 10 induk. Jumlah ternak kerbau didunia kurang lebih berkisar 126 juta, dan 122 juta ekor (berkisar 95%) diantaranya berada di negara yang sedang berkembang di Asia, sedangkan kualitas kerbau yang ada di Pulau jawa saat ini mengalami kemunduran, disebabkan karena kurangnya pakan hijauan yang berkualitas baik dan juga disebabkan kurangnya tersedia lahan untuk penanaman hijauan. Pada umumnya petani memelihara ternak kerbau adalah miliknya sendiri, disamping itu ada juga yang memelihara kerbau orang lain dengan sistem bagi hasil, apabila sudah beranak anaknya dibagi dua antara pemilik dan pemelihara. Kalau induk kerbau diperah maka hasil susunya buat pemelihara. Sistem pemeliharaan ternak kerbau hanya dengan cara mengandangkan ternak kerbau pada malam hari dan digembalakan pada siang hari di sawah-sawah atau diikat dengan dipindah-pindahkan di kebun dan di lahan padang penggembalaan. Umumnya petani menambah rumput alam yang dipotong dan diberi dalam kandang di sore hari. Ternak yang dipelihara secara ditanbat di padang penggembalaan selama siang hari maka biasanya pada malam harinya masih diberi tambahan berupa rumput potong sekitar 20 kg/ekor/hari.
Sedang bagi kerbau yang dikandangkan terus menerus, diberikan hijauan dua kali lebih banyak yaitu mencapai 40 kg/ekor/hari. Di beberapa tempat, kerbau dimandikan sekali sehari oleh anak-anak petani di waktu sore. Sesekali ternak kerbau juga diberi kesempatan untuk berkubang.Kerbau betina umumnya beranak pertama kali pada umur 4 tahun dengan lama kebuntingan 10,5 bulan. Bila pakannya cukup memadai maka 3-4 bulan setelah melahirkan induk kerbau biasanya sudah dapat dikawinkan lagi. Sebagian petani melaporkan jarak beranak selama 14 bulan. Namun umumnya ditemui bahwa usia kebuntingan induk sekitar dua bulan pada saat anak sudah berumur setahun. Dengan demikian jarak beranak menjadi 21 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat reproduksi kerbau hanya mencapai 60%. Apabila dikelola dengan baik maka jarak beranak dapat dipersingkat lagi, terutama dengan penyediaan pakan yang memadai bagi kebutuhan induk dan bagi produksi susunya.
Petani mulai memerah susu induk apabila anak kerbau sudah berumur lebih dari satu bulan, berarti anak sudah mendapatkan cukup susu kolostrum yang sangat dibutuhkan di awal pertumbuhan anak, karena mengandung antibodi yang tinggi. Di daerah Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar biasanya petani mulai memerah susu kerbau untuk bahan dadih sejenis yohurt setelah anak kerbau berumur 3-4 bulan. Sedangkan petani di Alahan Panjang (Solok) mulai memerah susu kerbaunya setelah anak berumur 1-2 bulan. Namun di Nagari Pematang Panjang (Sijunjung) petani langsung memerah susu kerbaunya setelah anak kerbau berumur satu minggu, jauh lebih awal dibandingkan dengan daerah lainnya dengan hasil yang memuaskan tanpa mengganggu aktivitas reproduksi induk. Karena induk dapat kawin kembali sekitar 3-4 bulan setelah anak lahir. Lamanya induk diperah berkisar 4 bulan walaupun ada yang memerah selama 8 bulan tergantung pada kondisi induk. Hasil perahan susu juga bervariasi dari satu tempat dengan yang lainnya. Hasil perahan harian pada waktu ini hanya mencapai 1-2 liter/ekor/hari. Hasil perahan mulai menurun hampir bersamaan di semua daerah yaitu pada bulan laktasi ke 8-10, dimana hasil perahan susu hanya sekitar 1 liter/ekor/hari.
Dadih atau yohurt yang terbuat dari fermentasi susu kerbau. Teknologi pembuatannya sangat sederhana. Setelah diperah susu kerbau langsung dimasukkan ke dalam sepotong ruas bambu segar dan ditutup dengan daun pisang. Selanjutnya didiamkan atau difermentasi secara alami dalam suhu ruang selama satu sampai dua hari sampai terbentuknya gumpalan. Dalam waktu 24 jam, mikrobia dari bambu akan menggumpalkan susu menjadi semacam puding atau tahu putih kekuning-kuningan, kental dan beraroma khas (kombinasi aroma susu dan bambu). Setelah proses fermentasi selesai, dadih dapat langsung dimakan.
Yudoamijoyo ddk. (1983) menyebutkan dadih mengandung zat gizi sebagai berikut: kadar air (84,35%), protein (5,93%), lemak (5,42%), karbohidrat (3,34%). Kadar keasaman (pH) dadih adalah 3,4. Di dalam dadih sudah berhasil diisolasi dan didentifikasi 36 strain bakteri pembentuk asam laktat dan turunannya yang mampu mencegah timbulnya berbagai penyakit seperti mencegah enterik bakteri patogen, menurunkan kadar kolesterol di dalam darah, kanker usus, anti mutagen, anti karsinogik dan meningkatkan daya tahan tubuh (Suryono, 2003). Selain itu, dadih diduga efektif sebagai antivaginitis (Suryono, 1996).
Penulis: Ir. Maiyunir Jamal, Penyuluh Pertanian Madya, Badan Penyuluhan dan Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian.
Sumber: 1. http://www.scribd.com/doc/16994754/Kelas-X-SMK-Teknik-Ternak
Ruminansia-Caturto.
2. http://www.deptan.go.id/daerah-new/jambi/disnakjambi/kerbau-,gif.
Sumber: 1. http://www.scribd.com/doc/16994754/Kelas-X-SMK-Teknik-Ternak
Ruminansia-Caturto.
2. http://www.deptan.go.id/daerah-new/jambi/disnakjambi/kerbau-,gif.
No comments:
Post a Comment