Berbagai jenis binatang reptil itu terlihat liar dan buas. Si ular bahkan terdengar mendesis saat didekati orang yang ingin menyentuhnya. Belum si kadal yang kulit dan tampangnya terkesan kasar. Tapi siapa sangka, di kota Pahlawan – Surabaya, binatang reptil ini jadi peliharaan sejumlah masyarakatnya. Bahkan tak jarang, jadi lahan bisnis yang menjanjikan.
Selama ini, pemahaman masyarakat akan binatang reptil memang kurang, membuat jenis ini kian dihindari, terutama ular. Padahal kesan ular liar, ganas, dan suka mengincar manusia itu hanya ada diproduksi film.
“Dari keseluruhan spesies ular, hanya 20 % yang berbisa. Lainnya, hanya mengigit dan rasanya tak lebih seperti kita digigit nyamuk dan paling parah keluar darah sedikit,” kata Kolektor Reptil di Surabaya – Welly Candra Wibowo. “Itu yang jadi alasan kenapa ular bisa digunakan sebagai media binatang peliharaan alternative,” lanjutnya.
Di Indonesia, hobi memelihara ular masuk sejak tahun 2000. Fenomena ini kian terdengar tatkala beberapa kontes dan bursa jenis ini sering diadakan di Jakarta. Konon, fenomena ini hasil dari imbas di negara Amerika yang kian marak memelihara binatang melata sejak tahun 90-an. Tak hanya ular, kura-kura, kadal, dan kodok adalah binatang yang sering diincar kolektor reptil.
Di Surabaya, dari beberapa jenis reptil, jenis dari Amerika yang paling diburu. Selain kombinasi warnanya unik, bentuk beberapa hewan berdarah dingin ini juga eksotik. Ada juga nama Thailand yang sering disebut oleh pecinta reptil. Meski di negara ini tak hanya sedikit jenis ular eksotik, kontribusinya sebagai penyumbang reptil silangan berkualitas, membuat negara ini kian dilirik jadi negara impor reptil.
Welly mengatakan, sebagai negara yang memiliki hutan tropis terluas – Indonesia jelas memiliki beberapa spesies reptil eksotik. Salah satunya adalah kura-kura moncong babi yang kini dilindungi, karena jumlahnya kian menipis. Namun untuk jenis ular, Indonesia tak bisa berbicara banyak. Meski beberapa memiliki corak unik, tapi dalam persaingan di pasar kolektor, ular lokal berharga lebih murah, yaitu Rp 100-Rp 300 ribu (usia anakan), dengan perbandingan Rp 300 ribu sampai jutaan rupiah untuk jenis impor.
“Biasanya jenis lokal memiliki keunikan pada motif. Namun untuk jenis impor, keunggulan paduan motif dan warna membuat beberapa diantaranya sering dihargai mahal,” ujar Welly.
Di Surabaya, hobi reptil mulai berkembang sejak tahun 2002 hingga saat ini. Beberapa perkumpulan berusia lebih dari 3 tahun pun mulai terbentuk. Salah satunya adalah FAN (Fauna Alam Nusantara) – perkumpulan pecinta reptil Surabaya. Komunitas ini dibentuk sejak 3 tahun lalu. Tujuannya, untuk mensosialisasikan hobi reptile sekaligus memberi kesempatan siapa saja untuk berkonsultasi dan memeriksakan kesehatan hewan peliharaannya. Sebab, selain wadah, komunitas ini juga dilengkapi sarana kesehatan binatang dengan diasuh dokter hewan.
“Meski hanya diberi makan satu minggu sekali, setiap harinya kita harus membelai atau memegang setidaknya satu jam,” imbuh Welly.
Ular liar pun bisa jadi jinak kalau kita memberi perhatian lebih. Biasanya jenis phyton dan boa merupakan ular yang mudah berinteraksi dan beradaptasi. Tak hanya bertahun-tahun, dalam hitungan bulan ular akan jinak berkat interaksi yang intensif. Seolah dibekali naluri dan insting bertahan diri, ular akan menggit ketika dia merasa terancam dan terpojok, sehingga jika perawatan benar dan ia merasa nyaman, frekuensi penyerangan bisa diminimalisir. Bahkan jika intensitas pemberian makan teratur dan perawatan benar, penyerangan tak akan terjadi. [adi]
Reptil-reptil Incaran Kolektor
Di Surabaya, para kolektor memiliki incaran jenis reptil idolanya. Untuk jenis ular yang sering jadi incaran kolektor, karena kelangkaan barang di pasaran adalah phyton molurus albino dan collubrid albino rat snake. Keunggulan warna masih jadi isu hangat di kedua jenis ular hasil silangan ini. Phyton molurus albino merupakan spesies mutasi dari jenis burmese python (python molurus bivittatus). Ia berwarna kuning, bermotif tegas dan bergaris putih.
Habitatnya ada di hutan tropis dan sering dijumpai di Asia Tenggara. Di habitat alamnya, spesies ini bisa hidup hingga 25 tahun atau lebih dan bisa mencapai panjang 510-540 cm dengan berat 100 kg lebih. Kelembaban jadi suatu yang penting, karena sesuai dengan habitat alamnya. Terlalu lembab bisa menimbulkan tumbuhnya bakteri atau jamur. Terlalu rendah kelembaban menyebabkan masalah pada pergantian kulit.
Di dalam kandang juga bisa disediakan air untuk menjaga kelembaban, tapi bila malam harus dikeluarkan dari kandang, karena akan meningkatkan kelembaban. Di pasaran, ular ini biasa dijual dengan harga fluktuatif. Jika barang banyak, maka harga turun dan sebaliknya. Rata-rata untuk usia anakan dengan panjang + 1 meter, ular ini dijual dengan harga Rp 2,5-Rp 3 juta.
Sementara phyton colubrid albino rat snake – ia berwarna putih penuh. Jenis ini biasa dijumpai di hutan tropis. Namun yang satu ini, mungkin Anda tak bisa sering menjumpainya, karena phyton collubrid albino rat snake adalah hasil silangan yang memiliki sifat mutasi. Di pasaran, harga yang ditawarkan bervariasi. Itu sesuai dengan keindahan dan corak ular yang keluar. Rata-rata harga untuk usia anakan berkisar Rp 1,5 juta dengan panjang 50 cm.
Kura-kura Idola
Jenis kura-kura idola kolektor reptil adalah alligator snapping turtle, indian star tortoise, dan kura-kura leher ular. Alligator snapping turtle berbentuk eksotik, dengan tonjolan di bagian tubuh laiknya hewan purba. Dalam proses pencarian makan, jenis ini memiliki kebiasaan memancing ikan-ikan kecil. Setelah mendekat, kecepatan menangkap jadi keunggulannya.
Selain di air, jenis ini juga bisa bentahan di darat. Jenis ini tergolong paling pemarah. Itulah yang sering jadi atraksi sendiri. Sebab begitu marah, mulut jenis ini akan terbuka lebar dan tak jarang meski bergerak asal-asalan, ia juga bisa meloncat 3 kali tinggi tubuhnya. Di pasaran, harga jenis yang berasal dari Amerika ini bervariasi, yaitu Rp 750-Rp 900 ribu untuk anakan.
Jenis indian star tortoise, biasanya terlihat sangat pemalu. Ketika mendapat sentuhan, tak jarang jenis ini akan menyembunyikan kepalanya dalam waktu lama. Motif pada tempurung dan tingginya tempurung jadi keunikan pada jenis ini. Habitatnya sering ada di darat. Meski begitu, jenis ini juga tergolong suka air. Untuk mendapatkan jenis ini di usia anakan, Anda harus menyediakan uang Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta, tergantung motif dan kelangkaan jenis.
Sementara keunikan jenis kura-kura ular ada pada lehernya yang pajang, sehingga tak jarang orang sering menyebutnya sebagai leher ular atau leher angsa. Habitatnya di air, tapi jika ditaruh di darat, jalan jenis ini bisa gesit. Ia memiliki tempurung kecil, membuatnya sangat mustahil menyimpan kepalanya. Di pasaran, harga jenis ini bervariasi, yaitu Rp 100-Rp 200 ribu di usia anakan.
Kadal Blue Tongued
Kadal juga salah satu binatang reptil incaran kolektor. Menurut Welly, jenis kadal Amerika adalah paling populer. Motif sisik warna dan ciri khususnya adalah faktor mengapa binatang ini jadi incaran. Kadal blue tongued adalah satu diantaranya. Kombinasi warna coklat dan hitam, garis penyekat tegas dengan warna putih di bagian ekor adalah ciri fisik yang dimiliki jenis ini.
Ciri spesial jenis ini adalah lidahnya yang berwarna biru. Umumnya, jenis ini bisa mencapai lebih dari 50 cm. Di pasaran, jenis ini di usia anakan harga berkisar Rp 300-Rp 350 ribu, tergantung keindahan dan kelangkaan motif si kadal. [adi]
Memahami Karakter Kadal
Tak Lagi jadi Binatang Mengerikan
“Sayang, ayo senyumnya mana? Ini mau difoto,” ajak Pecinta Binatang Reptil di Surabaya – Andy Setyawan, sambil menggangkat tubuh breeded dragon.
Lucu juga mendengar sebutan ‘sayang’ untuk reptil berwajah sangar itu. Andy mengaku, sudah setahun lebih menyukai binatang reptil hingga ia bergabung di salah satu penangkaran binatang di Surabaya. Setiap jenis reptil, menurut Andy, memiliki keunikan sendiri. Kadal sendiri merupakan reptil yang memiliki banyak jenis. Pengaruh jenisnya bervarian dan terbagi atas habitat ia tinggal. Bahkan binatang yang tergolong dalam sub ordo Lacertilia (Sauria) ini memiliki sifat unik yang berbeda satu sama lain.
Breeded Dragon
Nama dragon alias naga, membuat jenis kadal satu ini menyimpan kesan angker. Jika diperhatikan, tampilannya mirip dengan sosok naga. Itu terlihat dari struktur kulit yang kasar dan keras, dengan tekstur membentuk pola runcing laiknya duri di bagian kepala, punggung, dan ekornya.
Tampilannya makin cantik dengan hadirnya dominasi warna crème berpadu dengan orange muda kekuningan. Pada tampilan warna itulah, keunikan breeded dragon berawal. Reptil satu ini tergolong jenis paling sering mengalami perubahan warna kulit tubuh. Warnanya akan berubah, bergantung pada kondisi tubuh dan mood-nya.
“Jadi, kondisi kesehatannya bisa terdeteksi dari perubahan warna. Akan ketahuan kalau ia sedang sakit,” tandas Andy.
Dominasi kuning berpadu dengan orange di bagian tubuh akan dijumpai, ketika ia dalam keadaan sehat. Sedangkan jika warnanya tak lagi cerah atau pucat, besar kemungkinan kondisi breeded dragon ini tak bagus, sehingga dengan mudah bisa dicari solusi untuk mengatasi kondisinya yang kurang maksimal.
Warna pada kulit tubuhnya yang kasar berpengaruh pada harga di pasaran. Semakin warna kuningnya mendominasi, kata Andy, semakin tinggi pula harganya. Untuk breeded dragon + 8 bulan, kisaran harganya Rp 100 ribu. Semakin dewasa, harganya terus bertambah. Keunikan lain muncul ketika tubuhnya bersentuhan dengan pasir dan batu kecil yang hangat, dimana akan terlihat tubuhnya yang memipih. Ia melakukan itu untuk mendapatkan panas yang dipantulkan sinar lampu pada pasir atau batu kecil dalam kandangnya.
Dalam hal itu, faktor kondisi membawa peran penting untuk pertumbuhannya. Butuh suatu pengetahuan dalam menjaga kesehatan breeded dragon, seperti harus tahu karakteristiknya. Konon, jenis ini adalah reptil yang habitatnya di daerah gurun dan bisa ditemui di Australia Tengah. Reptil ini juga merupakan jenis binatang berdarah dingin, dimana ia membutuhkan panas untuk menyerap atau mencerna makanan. Maka, disarankan untuk memberi pencahayaan (lampu) yang cukup di dalam kandang. Jenis ini merupakan jenis binatang karnivora yang lebih menyukai serangga kecil sebagai mangsanya, meski kadang juga tak menolak sayur untuk dilahap.
Soa Payung si Jago Berlari
Jenis soa payung lebih banyak dijumpai di pepohonan, karena merupakan habitatnya. Disebut soa payung, karena di daerah sekitar leher ada rumbai, dimana rumbai ini akan mekar ketika ia dalam bahaya. Dengan tubuhnya yang tak terlalu besar, terlihat ia sedang berlari cepat setelah keluar dari kandang.
Untuk urusan lari, jenis ini paling jago. Bahkan ia bisa berlari dengan dua kaki bila sedang ada dalam kondisi terancam. Tubuhnya kecil, sehingga memungkinkan ia bisa berlari dengan hanya menggunakan dua kaki belakangnya. Lucunya lagi, ia harus mengangkat bagian ekornya yang panjang supaya berdiri tegak. Begitu juga dengan tekstur tubuhnya yang kasar, tapi tak keras seperti breeded dragon. Warnanya hampir menyerupai batang pohon dan kelebihan inilah yang dimanfaatkan soa payung untuk mengelabui mangsa sekaligus pemangsanya.
Di Indonesia, jenis ini bisa dijumpai di Papua bagian selatan dengan nama latin chlamydoasurus kingii. Ia memiliki ciri terdapat lipatan tipis di leher, ditunjang oleh dua batang tulang yang digunakan untuk mengancam mangsa. Kulit dekat kepalanya bisa mengembang untuk menakuti mangsanya.
Kadal Air
Ilmuan menyebutnya dengan binatang semi aquatic. Artinya, binatang yang cenderung ada di lingkungan berair, meski sesekali ia muncul ke daratan (batuan). Serangga dan kecebong (katak kecil) jadi alternatif konsumsinya. Keunikan kadal air ini ada pada tampilan tubuhnya yang mampu menampilkan warna kontras, yaitu hitam sebagai warna dasar dan ditimpa kuning sebagai paduannya. Didukung pula dengan moncongnya yang membentuk kesan meruncing.
Kadal Monitor
Jenis ini di bagian tubuhnya ada indera pendeteksi mangsa, sehingga dengan tangkas ia mengetahui mangsa yang dihadapinya. Sebab, ia merupakan jenis binatang karnivora, memakan ikan, dan serangga. Namun selera makannya akan berubah seiring dengan proses pertumbuhannya.
“Semakin dewasa, pola konsumtifnya tak lagi ikan dan serangga. Bahkan kadal monitor yang sebesar biawak akan memakan tikus sebagai santapannya,” imbuh Andy.
Sama halnya dengan perubahan warna, dimana pertambahan usia pada reptil satu ini akan mempengaruhi perubahan warna kulit tubuhnya. Saat masih kecil, warnanya banyak didominasi coklat kemerahan. Sedangkan ketika dewasa, dominasi warnanya akan berubah jadi hijau berpadu hitam.
Tips Merawat Kadal
“Agar si kadal semakin dekat dengan pemilik, peganglah sesering mungkin. Dengan begitu, si kadal akan mengenal Anda agar tidak takut atau menyerang,” ujar Andy.
No comments:
Post a Comment