Setiap tanggal 14
pebruari dirayakan sebagai hari kasih sayang yang dilambangkan dengan
hati merah atau warna merah muda. Namun hal ini berbeda dengan kepercayaan
orang Tionghoa (China). Bagi masyarakat Thionghoa, simbol cinta sejati
dilambangkan dengan sepasang bebek mandarin.
Menurut kepercayaan
dan tradisi mereka, bebek mandarin dipercaya dapat mendatangkan
kebahagian terutama bagi pengantin yang baru menikah. Karena kepercayaan
inilah, maka dalam setiap upacara pernikahan gambar atau photo bebek mandarin
kerap menghiasi tempat pernikahan. Bahkan dalam praktek Feng Shui, dipercaya
bahwa lukisan atupun ukiran bebek ini dapat menimbulkan rasa cinta yang
mendalam bagi kehidupan seseorang.
Dari sekian banyak
cerita rakyat, salah satu kisah cinta sepasang kekasih yang populer
adalah Legenda pohon Catalpa dan mandarin duck. Dalam cerita ini, Han Ping
digambarkan sebagai seorang pemuda yang mempunyai seorang istri yang sangat
dicintainya. Sedangkan He Si adalah wanita pujaan hati yang memiliki paras dan
rupa yang cantik.
Pada zaman itu,
kerajaan dipegang oleh seorang kaisar bernama Kang. Kaisar Kang sangat tertarik
oleh kecantikan yang dimiliki He Si dan ingin menjadikannya sebagai selir.
Pada suatu waktu kedua
pasangan ini harus berpisah, antara perasaan takut dan cemas, akhirnya He Si
melepaskan kepergian suaminya. Tak lama setelah kepergian Han Ping, He Si
mendapat kabar yang sangat merisaukan hatinya. Ternyata suaminya dibuang ke
daerah perbatasan sebagai pekerja paksa.
Menerima kenyataan
ini, membuat perasaannya sedih dan kecewa. Dalam kesedihannya, He Si menulis
surat dalam rangkaian syair yang bermakna dalam dan bermaksud mengirimkan surat
tersebut kepada suaminya. Tapi apa daya, surat tersebut jatuh ke tangan Kaisar
yang kemudian menyuruh orang terpelajar untuk merjemahkan isi syairnya :
‘Hujan tak
putus-putusnya’ melukiskan duka yang dalam dan tangisan yang tiada berakhir,
‘Sungai begitu lebar
dan dalam’ artinya perpisahan panjang dan tak mungkin bertemu kembali,
‘Matahari terbit dan
jantung’ menggambarkan putus asa dan kematian saja.
Membaca isi surat dari
istri tercinta, Han Ping putus asa lalu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Mendengar kematian suaminya membuat He Si terpuruk, sedih bahkan hampir gila.
Ia menuangkan cuka ke pakaiannya sebagai pertanda luka yang dalam dan pahit.
Pada suatu hari Kaisar
mengajaknya ke atas menara istana, alkisah He Si menjatuhkan dirinya, terjun
bebas dan mati. Di pinggangnya ditemukan sebuah surat yang menyatakan isi
hatinya bahwa ia lebih baik mati bersama suaminya daripada bergelimang harta
hidup di istana.
Dalam suratnya, He Si
meminta agar jasadnya dikuburkan berdampingan dengan kubur suaminya. Mendengar
kabar ini, Kaisar menjadi sangat marah dan memerintahkan untuk menguburkan
jasad He Si jauh dari suaminya.
Setelah setahun
berlalu dari kedua makam pasangan kekasih ini kemudian tumbuh tunas pohon
catalpa yang semakin hari semakin besar. Dalam setahun saja pohon ini tumbuh
sangat besar dengan dahan yang panjang terlihat seperti tangan orang yang ingin
saling meraih dan berpelukan erat. Daun pohon yang rindang seperti menauingi ke
dua makam ini.
Selain kejadian
tersebut, pemandangan unik juga sering dilihat dan dijumpai orang yang
melintas sekitar kuburan itu. Di atas pohon terlihat sepasang bebek mandarin
dengan bulu berwarna warni. Setiap hari sepasang bebek mandarin bersarang di
dahan pohon catalpa dan menyanyikan lagu-lagu bernada sedih. Suara bebek ini
terdengar mengharukan bagaikan ungkapan sepasang kekasih yang tak ingin terpisahkan.
Konon sepasang
mandarin yang besarang di pohon catalpa adalah titisan Han Ping dan He Si.
Hingga sekarang di wilayah Sui Yang terdapat sebuah kota dengan nama Han Ping.
Sedangkan lagu rakyat yang menggambarkan tragedi dan kisah cinta Han Ping dan
He Si masih populer. Demikian juga dengan praktek Feng Shui tentang makna sepasang
bebek mandarin sebagai simbol cinta sepasang kekasih.
Diterjemahkan dari: www.wildmallard.blogspot.com
No comments:
Post a Comment