Kuda adalah salah satu hewan kesayangan, disebut kesayangan karena mendapat perlakuan istimewa dimana pada waktu pemeliharaannya sesuai dengan perkembangbiakannya. Pendomestikasian kuda dimulai pada saat manusia membutuhkan tenaganya dan sejak saat itulah fungsi hewan peliharaan berubah menjadi hewan kesayangan. Kuda adalah kategori companion animal, merupakan salah satu satwa yang mempunyai peranan sangat penting pengaruhnya dalam perubahan kemajuan perkembangan zaman, yang mana hal itu ditandai dengan adanya perbedaaan fungsi kuda ditengah kehidupan manusia. Sampai dasawarsa pertama abad XX fungsi kuda ialah sebagai alat angkut tradisional dan berbagai kegiatan operasi militer (Oetari, 1990), akan tetapi peranan tersebut mengalami kemunduran seiring berakhirnya Perang Dunia I di daratan Eropa, karena perkembangan teknologi modern serta munculnya era digital yang telah menciptakan dan melahirkan kemajuan yang sangat luar biasa dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Peralatan-peralatan perang militer modern lebih dominan digunakan, dan peranan kuda sendiri bergeser untuk kegiatan olahraga yang lebih mendapat perhatian dalam hal kesejahteraannya, juga sebagai hewan yang lebih dari sekedar hewan peliharaan yang harus dihargai dan diperlakukan sebagai mana layaknya.
Di dalam dunia olahraga berkuda dewasa ini tidak jarang para pemilik, pecinta, dan seluruh kalangan yang berkecimpung pada bidang ini memberikan yang terbaik untuk hewan peliharaannya ini, baik dalam segi perawatan, performan, maupun kesejahteraan bagi hewan kuda dengan memberikan pelatihan–pelatihan khusus kepada para petugas lapangan yang mereka pekerjakan, untuk tercapainya pemerataan pengetahuan dalam manajemen pemeliharaan dan pelaksanaan kesehatan, dengan harapan usaha tersebut akan menjamin kondisi kesehatan hewan piaraannya. Usaha tersebut sangatlah beralasan oleh karena tidak sedikitnya kasus penyakit yang tejadi di lapangan baik yang ringan maupun yang serius, disebabkan karena belum tercapainya pemerataan pengetahuan yang seharusnya dikuasai oleh para pelaksana teknis dan konseptor pengelola, mengenai prosedur standar atau treatment serta disiplin persiapan–persiapan yang semestinya diberikan dan dilakukan pada seekor kuda tidak didapatkan pada saat perawatan, terlupakan atau bahkan diabaikan.
Pendapat ini diperkuat oleh adanya keluhan dari pemilik kuda pada saat mendekati pertandingan dimana kudanya tidak boleh mengikuti kompetisi, karena alasan kondisi kesehatan yang tidak memenuhi syarat pada waktu pemeriksaan MCP (medical control point) oleh tim kesehatan kompetisi (Vet – chek). Masalah lain yang juga sering dijumpai adalah penurunan kondisi kesehatan dan serangan penyakit akut yang menimbulkan kematian beberapa saat setelah selesai menjalani latihan dimana hal ini secara tidak langsung berdampak terhadap penurunan populasi kuda pada tiap–tiap propinsi. Berdasarkan data DITJENAK (2003), pada tahun 1994–1998 total keseluruhan populasi kuda di seluruh propinsi Indonesia rata–rata mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sementara jika dilihat dari segi ekonomi di negara Amerika Serikat populasi kuda sangat diperhatikan karena kuda merupakan salah satu sektor ladang usaha yang besar. Dewasa ini angka populasi kuda di negara tersebut sudah meningkat dengan mantap dikarenakan oleh ketenaran kuda yang digunakan dalam pertunjukan atau parade, lomba adu kecepatan, dan hobi menunggang sehingga hal ini berpengaruh terhadap banyaknya pekerjaan yang dihubungkan dengan kuda yang jumlahnya melebihi 1.4 juta ekor (Churchill,1982). Total dampak pertumbuhan dan perputaran ekonomi dari industi kuda melebihi $112 miyar pada tahun 1999. sedangkan kegunaan kuda itu sendiri antara lain sekitar 725.000 kuda dilibatkan dalam industri adu kecepatan, 1.974.000 digunakan dalam pertunjukan, 2.970.000 dinikmati sebagai kuda kesenangan dan 1.262.800 digunakan dalam berbagai aktivitas mencakup peternakan dan perkebunan, rodeo, polo, kegiatan kepolisian dan terapi kuda. Di atas 7.1 juta orang Amerika dilibatkan dalam industri ini antara lain sebagai pemilik kuda, pelatih, penyedia jasa layanan, karyawan, pengendara dan pekerja sukarela.
Begitu juga pada prestasi olahraga berkuda Indonesia disiplin equestrian cabang Show–Jumping dalam waktu terakhir ini kemampuan lompatan kuda untuk melewati rintangan dalam suatu event pertandingan mengalami penurunan karena berbagai faktor diantaranya dikarenakan tidak tercapainya optimalisasi pengelolaan perawatan.
Berkaitan dengan masalah tersebut maka perlu kiranya hal ini mendapat perhatian serius untuk lebih memperjelas segala bentuk usaha yang perlu atau tidak dilakukan dalam menangani kasus dan upaya menjaga kondisi normal tubuh seekor kuda, dengan harapan melalui sektor ini Indonesia dapat mendongkrak sirkulasi pertumbuhan ekonomi yang selama ini masih menganggap kuda hanya sebatas sebagai hewan penyalur hobi mewah saja. Untuk menunjang hal ini maka diperlukan peran tenaga medis ataupun perawat yang mengerti dan menguasai dasar ilmu dari bidang ini dengan menekankan etika dimana tindakan-tindakan diagnostik yang tepat harus dilakukan oleh mereka yang berwenang.
No comments:
Post a Comment